Sulbarpos.com, Mamuju – Momentum Hari Jadi Mamuju ke-485 yang diperingati tahun ini tak luput dari sorotan kritis Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Cabang Mamuju.
Organisasi kemahasiswaan ini menilai perayaan tahunan tersebut perlu dikaji ulang agar tak sekadar menjadi ajang seremonial tanpa makna.
Ketua GMNI Mamuju, Adam Jauri, menyampaikan keprihatinannya terhadap konsep perayaan yang menurutnya masih jauh dari esensi pelestarian budaya dan identitas lokal.
Ia menekankan bahwa Hari Jadi Mamuju seharusnya menjadi ruang refleksi kolektif, bukan sekadar pesta tahunan yang menyedot anggaran tanpa arah kebijakan yang mendukung pembangunan berbasis kebudayaan.
“Perayaan Hari Jadi Mamuju harus menjadi pemicu lahirnya kebijakan yang berpihak pada pelestarian nilai-nilai budaya. Bukan hanya hura-hura, tapi juga harus jadi ruang reflektif tentang siapa kita sebagai masyarakat Mamuju,” ujar Adam saat diwawancarai, Minggu (14/7/2025).
Adam juga menyoroti pentingnya membedakan antara peringatan Hari Jadi Mamuju sebagai entitas adat atau kerajaan, dengan Hari Jadi Kabupaten Mamuju sebagai wilayah administratif. Menurutnya, penyatuan dua makna ini berpotensi menimbulkan kebingungan publik.
“Harus ada pemetaan yang jelas. Hari Jadi Mamuju sebagai wilayah kerajaan itu milik bersama tiga kabupaten Mamuju, Mamuju Tengah, dan Pasangkayu. Sedangkan Hari Jadi Kabupaten Mamuju adalah ranah administratif. Menyatukan keduanya dalam satu seremoni justru membuat maknanya kabur,” tegasnya.
GMNI Mamuju mendorong adanya ruang dialog lintas sektor yang melibatkan pemerintah daerah, lembaga adat, dan tokoh masyarakat untuk menyamakan persepsi terkait dua momen sejarah tersebut.
Hal ini dinilai penting agar peringatan Hari Jadi Mamuju tidak lagi dijalankan secara normatif, melainkan substansial dan berakar pada nilai-nilai kultural.
“Sudah waktunya semua pihak duduk bersama. Jangan sampai generasi mendatang mewarisi kebingungan atas sejarahnya sendiri hanya karena kita tidak serius membedakan antara Hari Jadi kerajaan dan kabupaten,” tutup Adam.
GMNI berharap perayaan Hari Jadi Mamuju di masa depan bisa menguatkan rasa persatuan lintas kabupaten yang memiliki akar sejarah yang sama, dan tidak terjebak dalam simbolisme tanpa arah pembangunan yang berbudaya.
(Red)