Shared Berita

Oleh : Muhammad Ridwan

Sulbarpos.com –Tulisan ini merupakan opini lanjutan dari penulis, yang sebelumnya membahas mengenai potensi kebijakan ekonomi Sulawesi Barat. Dalam tulisan tersebut, penulis menguraikan tentang bagaimana pengelolaan sumber daya alam dan manusia bisa dimaksimalkan oleh pemerintah dan masyarakat untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi. Namun, potensi ini tidak akan optimal tanpa adanya kepemimpinan yang tepat dan efektif.

Dalam pandangan penulis, Sulawesi Barat membutuhkan pemimpin yang transformatif dan mampu memahami keadaan masyarakatnya secara mendalam. Pemimpin ini harus lahir secara organik dari masyarakat, bukan melalui proses politik yang pragmatis atau berdasarkan kepentingan elit semata. Pemimpin yang organik adalah sosok yang memiliki hubungan emosional dan spiritual yang kuat dengan masyarakat, serta memahami aspirasi dan kebutuhan mereka.

Konsep “pemimpin organik” ini diadaptasi dari pemikiran Antonio Gramsci, seorang pemikir Italia yang memperkenalkan gagasan “intelektual organik.” Menurut Gramsci, intelektual organik adalah individu yang muncul secara alami dari dalam kelas sosial tertentu dan memainkan peran penting dalam menyuarakan serta memperjuangkan kepentingan kelas tersebut. Mereka adalah bagian yang menyatu dengan masyarakatnya dan memahami kebutuhan serta aspirasi rakyat.

Dalam konteks Sulawesi Barat, seorang pemimpin organik bukanlah figur yang lahir dari politik dinasti atau oligarki. Ia muncul dari proses perjuangan masyarakat dan memiliki visi untuk memperjuangkan kepentingan mereka. Pemimpin ini harus memiliki sifat altruistik, di mana pengabdian pada masyarakat menjadi prioritas utama. Dia bukan hanya sekadar memimpin, melainkan juga melibatkan masyarakat dalam setiap proses pengambilan keputusan.

Kepemimpinan organik juga menekankan pentingnya partisipasi aktif masyarakat. Seorang pemimpin tidak hanya memberi arahan, tetapi juga bekerja bersama masyarakat dalam mencari solusi untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi. Kolaborasi antara pemimpin dan masyarakat sangat penting, terutama di Sulawesi Barat, yang memiliki keanekaragaman budaya dan tantangan geografis yang cukup kompleks.

Selain kolaborasi, pemimpin organik harus memiliki kemampuan adaptasi yang baik terhadap perubahan. Sulawesi Barat, seperti wilayah lain di Indonesia, tengah mengalami perubahan sosial, ekonomi, dan lingkungan yang signifikan. Pemimpin yang baik harus mampu mengikuti perkembangan ini tanpa kehilangan akar budaya dan identitas lokal. Kepemimpinan organik justru menekankan perlunya mempertahankan kearifan lokal dalam menghadapi perubahan zaman.

Baca Juga  Menuju Pesta Demokrasi (PILKADA), Memilih Pemimpin Berkualitas 

Pemimpin organik juga harus memiliki hubungan yang erat dengan alam dan budaya lokal. Sulawesi Barat, dengan kekayaan alam dan budayanya, memiliki potensi besar dalam sektor ekowisata dan pengembangan budaya. Seorang pemimpin yang bijaksana akan memanfaatkan potensi ini untuk menciptakan pembangunan yang berkelanjutan, sambil tetap menjaga keseimbangan antara eksploitasi sumber daya alam dan pelestariannya.

Pembangunan ekonomi berkelanjutan juga harus menjadi fokus utama kepemimpinan organik. Potensi lokal seperti perikanan, pertanian, dan kerajinan tradisional harus dimanfaatkan dengan baik. Pemimpin organik akan melihat kekayaan alam dan budaya sebagai modal utama yang dapat diolah demi kesejahteraan masyarakat tanpa merusak lingkungan atau menghilangkan identitas budaya.

Dalam konteks pembangunan infrastruktur, pemimpin organik perlu melibatkan masyarakat secara aktif dalam proses perencanaan dan pelaksanaan. Dengan demikian, masyarakat akan merasa memiliki tanggung jawab atas hasil pembangunan tersebut. Keterlibatan masyarakat ini juga akan memperkuat ketahanan komunitas, terutama dalam menghadapi tantangan infrastruktur dan aksesibilitas di wilayah Sulawesi Barat.

Kesejahteraan sosial harus menjadi prioritas utama dalam setiap kebijakan yang diambil oleh seorang pemimpin organik. Fasilitas dasar seperti pendidikan dan kesehatan harus menjadi perhatian serius, namun tidak hanya sebatas membangun infrastruktur, melainkan juga memastikan bahwa masyarakat memiliki akses yang mudah dan terjangkau terhadap layanan tersebut.

Pelestarian budaya lokal juga merupakan tanggung jawab seorang pemimpin organik. Budaya adalah identitas suatu masyarakat, dan Sulawesi Barat memiliki kekayaan budaya yang sangat kuat. Namun, tantangan modernisasi sering kali mengancam keberlangsungan budaya ini. Pemimpin organik harus mendorong masyarakat untuk bangga dengan warisan budaya mereka, sambil tetap terbuka terhadap perkembangan zaman.

Seorang pemimpin organik juga harus menjunjung tinggi etika dan integritas. Di tengah tantangan yang dihadapi oleh Sulawesi Barat, masyarakat membutuhkan pemimpin yang jujur, adil, dan berdedikasi. Keberhasilan seorang pemimpin tidak hanya diukur dari seberapa cepat mereka mencapai target, tetapi juga dari bagaimana mereka mencapai target tersebut dengan cara yang benar dan adil.

Pada akhirnya, kepemimpinan organik adalah tentang pelayanan, bukan kekuasaan. Seorang pemimpin organik harus melihat dirinya sebagaimana pelayan masyarakat, yang bertanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap individu dan komunitas dapat berkembang dan mencapai potensinya. Dengan mengutamakan nilai-nilai kebersamaan, keadilan, dan keberlanjutan, pemimpin organik dapat menciptakan harapan baru bagi masyarakat Sulawesi Barat dan mewujudkan pembangunan yang seimbang antara ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan.

Baca Juga  Jelang Pemilu 2024 di Majene Bumi Assamalewuang

 

Penulis Merupakan Wasekjen PB HMI Bidang Kewirausahaan dan Pengembangan Profesi

Iklan