Shared Berita

Oleh: Andi Muhammad Ikbal Salam

Sulbarpos.com, OPINI – Respon terhadap program yang dicanangkan Gubernur Sul-Bar terkait wajib menamatkan 20 buku bagi siswa SMA adalah program yang semestinya dipercepat aturan dan pelaksanaannya.

Buku adalah jendela dunia, melalui membaca buku akan membawa pikiran kita menjelajahi lintas geografis dan generasi, memahami pelbagai gagasan dan teori.
Buku adalah guru yang akan membuka cakrawala berpikir, menjauhkan diri dari sudut pandang yang sempit dalam melihat realitas, memahami sesuatu.

Meskipun, dalam membaca memang dibutuhkan trik untuk menangkap makna yang tersembunyi dibalik kata.

Triknya adalah berupa pemetaan konsep untuk menyambungkan antara konsep satu dengan yang lain.
Dalam menghubungkan itu, dibutuhkan kerangka epistemik, yang menjelaskan tentang sumber, teori, dan dasar.

Epistemologi ini merupakan bagian dari pembahasan filsafat, karenanya menurut hemat saya, untuk menumbuhkan minat baca seseorang, perlu untuk dipikirkan memasukkan logika atau filsafat sebagai salah satu mata pelajaran yang akan menjadi pemantik bagi peserta didik untuk mendorong nalar kritis, sistemik, dan radikal (radiks).

Karenanya barulah akan menemukan cara pandang yang holistik jika memasukkan filsafat sebagai bagian dari kurikulum. Atau menjadi mata pelajaran dalam sekolah.

Pandangan holistik, menjadi penting dalam menyongsong perubahan di masa yang akan datang. Terlebih lagi sebagai bekal generasi di era digital.

Tentu pandangan holistik akan menjadi bekal bagi peserta didik, terlebih lagi jika berangkat dari pemahaman epistemik yang utuh. Akan memberi arah pandangan dunia yang holistik, dan praktik yang terarah sesuai nilai pancasila, kearifan lokal, dan agama.

Sehingga, bukan hanya sekadar program, namun persiapan generasi dalam menjemput Sulbar yang maju, adil, dan damai dimasa yang akan datang.

Baca Juga  Yaumul Quds: Hari Solidaritas Umat Islam Sedunia pada Palestina

(Penulis Adalah: Dosen Filsafat UNSULBAR,
Direktur Pammase Institute)

Iklan