Sulbarpos.com, Polman — Masyarakat Polewali Mandar diajak mengembangkan praktik perikanan yang lebih bertanggung jawab untuk memulihkan kondisi terumbu karang, yang akan sangat berdampak positif pada sektor perikanan tangkap dan pariwisata, Tanjung Benoa, Bali (12/6/2023).
AquaNest, pengelola spot water ecotourism di Tanjung Benoa, Bali, telah resmi meluncurkan Coral Foster Parent Experience bagi masyarakat umum. Coral Foster Parent Experience adalah sebuah pengalaman menyelam sekaligus ikut terlibat dalam restorasi dan konservasi ekosistem terumbu karang.
Program ini adalah satu-satunya yang bersifat komersil dan terbuka bagi semua kalangan masyarakat dengan mengangkat asuh karang tersertifikasi dari Mari Culture di Indonesia.
“Selama ini kegiatan konservasi hanya dilakukan oleh pemerintah dan non-government organization saja. Melalui program Coral Foster Parent Experience, masyarakat bisa ikut terlibat dalam upaya pemulihan dan konservasi ekosistem terumbu karang serta laut Indonesia, selain merasakan pengalaman kegiatan wisata air yang populer di Bali,” ujar Dirga Adhi Putra Singkarru, CEO, AquaNest Experience.
AquaNest menargetkan Kawasan Tanjung Benoa yang mereka kelola akan menjadi salah satu coral base Indonesia, yang ditujukan untuk kegiatan restorasi dan pelestarian ekosistem terumbu karang. Termasuk untuk penelitian yang bersifat edukasi dan konservasi.
Sebagai kawasan maritim tropis, Indonesia menjadi rumah bagi 569 jenis atau 67% dari 845 total spesies karang dunia. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan areal terumbu karang di Indonesia, yang sempat menyentuh 2,5 juta hektare (2018), kini tinggal 1,7 juta hektare lebih, dengan kondisi 16,32 persen rusak.
Khusus di Sulawesi Barat, masih menurut data BPS, pada 2020, areal terumbu karang di provinsi ini mencapai 16.302 hektare, di mana hanya 2,63 persen dalam kondisi baik, sementara 44,7 persen dalam kondisi sedang, dan 52,63 persen dalam kondisi rusak.
Di wilayah Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, berdasarkan survei yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup bersama dengan Laboratorium Geomorfologi dan Manajemen Pantai (LGMP) Universitas Hasanuddin, pada 2005, terdapat 13 wilayah penyebaran terumbu karang. Namun konsentrasi kerusakan ekosistem terumbu karang ditemukan di 9 wilayah, yaitu Tanjung Ujung Dato, Pulau Karamassang, Pulau Pasir/Gusung Toraja, Ujung Labuan, Pulau Karama, Palippis, Taka Killing, Pulo Panampeang dan Timur Pulau Battoa. Kerusakan yang terjadi antara lain disebabkan oleh penggunaan bahan peledak, racun dan pengambilan karang sebagai bahan pondasi rumah.
Selain akibat aktivitas manusia, perubahan suhu lingkungan akibat pemanasan global yang melanda perairan tropis pada tahun 1998 telah menyebabkan pemutihan karang (coral bleaching) yang diikuti dengan kematian massal mencapai 90-95%. Saat itu, rata-rata suhu permukaan air di perairan Indonesia adalah 2-3°C di atas suhu normal.
Kelestarian terumbu karang juga terancam oleh sampah plastik. Setiap tahun diperkirakan laut Indonesia mendapat kiriman 70-80 persen sampah plastik bekas konsumsi manusia, dengan jumlah antara 480 ribu – 1,29 juta ton sampah yang masuk ke laut dan pesisir. Penelitian mendapati bahwa terumbu karang yang tertutup oleh sampah plastik dapat mati karena tidak mendapatkan sinar matahari untuk tumbuh.
Mengingat terumbu karang sangat penting bagi kehidupan biota laut dan potensial bagi industri pariwisata, restorasi terumbu karang harus menjadi salah satu prioritas banyak pihak di Indonesia, termasuk Asosiasi Koral, Kerang, dan Ikan Hias Indonesia (AKKII) sebagai salah satu stakeholder yang memiliki kepentingan dengan terumbu karang Indonesia.
Bekerjasama dengan beberapa stakeholder lain termasuk Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), misalnya, AKKII telah memberikan pelatihan kepada warga Bali untuk merestorasi terumbu karang melalui pembangunan kebun karang di bawah program ICRG (Indonesia Coral Reef Garden) salah satunya di kawasan Tanjung Benoa, Nusa Dua, Bali.
AquaNest Experience sebagai ‘one stop’ water adventure experience dan diving course bagi semua kalangan dan usia (termasuk anak-anak dengan pengawasan orang tua), melangkah lebih jauh dengan meluncurkan paket wisata Coral Foster Parent Experience.
Dengan layanan baru ini, AquaNest Experience kini memberikan peluang tak terbatas kepada siapa saja untuk healing di Bali sekaligus berkontribusi dalam penyelamatan terumbu karang.
Siapapun, tua dan muda, anak-anak dan dewasa, solo traveler maupun keluarga, traveler lokal maupun internasional, pecinta lingkungan sampai pegiat olahraga menyelam, dapat merasakan pengalaman ini dengan datang ke AquaNest Experience di Tanjung Benoa, Nusa Dua, Bali, dan membeli paket mulai dari Rp750 ribu. Dilanjutkan dengan merasakan experience Discover Scuba Diving atau diwakilkan jika memiliki fobia terhadap penyelaman. Setelah itu, mereka akan dipandu oleh instruktur untuk melakukan prosesi transplantasi anak karang dari indukannya di kedalaman 0 sampai 5 meter. Setelah transplantasi, dilanjut dengan melakukan planting di area penanaman anak karang yang terpisah.
Anakan karang yang baru ditanam ini akan diberikan tagging berisi nama anakan karang dan nama orang tua asuh. Setelah penanaman, wisatawan yang telah menjadi orang tua asuh itu akan mendapatkan sertifikat, dan disarankan untuk menjenguk anak asuhnya dalam jangka waktu 6 bulan sampai satu tahun setelah penanaman.
AquaNest menjamin tingkat keberhasilan penanaman kembali anak karang ini mencapai 99 persen. Terkecuali terjadi force majeure yang tak diinginkan, seperti gempa bumi bawah laut, ocean warming, atau sesuatu yang bersifat alami, kemungkinan anakan itu gagal tumbuh dan berkembang, adalah sangat kecil.
“Coral Foster Parent Experience ini telah menempatkan AquaNest sebagai one stop water adventure solution bagi siapapun yang berkunjung ke Bali dan menikmati kesempatan tak terbatas untuk go healing and make the coral smiling,” kata Dirga Adhi Putra Singkarru.
Dirga Adhi Putra Singkarru berharap berharap program restorasi atau pemulihan ekosistem terumbu karang yang rusak melalui program orangtua asuh karang yang dilakukan di AquaNest bisa diterapkan di wilayah-wilayah lain di Indonesia sehingga restorasi terumbu karang di Indonesia semakin luas dan devisa negara dari wisata bahari semakin meningkat. “Saya mengajak masyarakat Polewali Mandar, tempat saya ingin berkontribusi untuk masyarakat, bangsa, dan negara, untuk mengembangkan praktik perikanan yang lebih bertanggung jawab untuk memulihkan kondisi terumbu karang. Sebab biar bagaimana pun, pemulihan terumbu karang akan sangat berdampak positif pada sektor perikanan tangkap dan pariwisata. Kita tahu bahwa Kabupaten Polewali Mandar memiliki potensi perikanan tangkap yang besar, nomor dua setelah pertanian, bahkan berkontribusi hingga 40,54 persen terhadap perikanan tangkap Sulawesi Barat. Pariwisata bahari di daerah ini juga potensial dan perlu didorong dengan melakukan restorasi dan konservasi terumbu karang,” pungkas Dirga Adhi Putra Singkarru.
Tentang AquaNest
PT Putra Wisata Bahari (AquaNest Experience) adalah one stop water adventure dan diving course yang menyediakan pengalaman water sport dan menyelam yang unik, dengan fasilitas meliputi glass bottom boat (Turtle Island & Mangrove Tour), banana boat, rolling donut/skytube, jetski, sea walker, fly board, flying fish, dan parasailing.
AquaNest juga menyediakan dive course (termasuk alat selam & transportasi), dive trip (land route dengan kendaraan pribadi, termasuk alat selam, makan siang, transportasi), dive trip (sea route dengan private boat, termasuk alat selam, makan siang, dan transportasi), sea trip (private boat), dan fishing trip.
Kini AquaNest Experience memberikan layanan baru Coral Foster Parent Experience yang terbuka bagi siapa saja. AquaNest Experience adalah tempat yang tepat bagi solo traveler maupun keluarga untuk merasakan pengalaman healing sekaligus konservasi di lautan Bali.
(Sulbarpos.com/Red)