Shared Berita

POLEWALI MANDAR, Sulbarpos.com — Mahasantri Perguruan Ma’had Aly Lathifiyah Parappe melaksanakan program Kuliah Khidmah di Desa Bulo, Kecamatan Bulo, Kabupaten Polewali Mandar. pada Senin (27/10/2025).

Kegiatan tersebut dipusatkan di aula kantor Desa Bulo dan dihadiri perangkat desa, Kepala Desa Bulo Buhari, penyuluh agama, serta tokoh adat dan tokoh agama setempat.

Koordinator Mahasantri, Nawir, menyampaikan bahwa Ma’had Aly Lathifiyah saat ini memiliki satu fakultas yakni Fakultas Fiqhi Usul Fiqhi Jurusan Fiqhi Usul Fiqhi, Takhassus Ahwalu Syakhsiyah, dan saat ini telah memasuki angkatan ke-6. “Saya sendiri merupakan angkatan ke-3. Dan alhamdulillah wisuda perdana telah berlangsung sejak Agustus tahun ini,” ucapnya.

Nawir menjelaskan, program Khidmah difokuskan pada pembinaan keagamaan masyarakat, terutama generasi muda, di tengah derasnya arus modernisasi dan digitalisasi.

“Kami mengajarkan tata cara shalat, cara mengurus jenazah, mengaji, hingga pendalaman dasar-dasar fikih. Bukan hanya anak-anak, warga dewasa pun ikut terlibat dalam majelis pembelajaran ini,” jelasnya.

Ia menegaskan, kehadiran mahassantri menjadi salah satu bentuk ikhtiar menghadirkan pemahaman agama Islam yang lurus, moderat, dan aplikatif di tingkat desa.

“Di tengah banjir informasi digital, kami ingin membantu masyarakat agar tidak terjebak ajaran abu-abu atau pemahaman yang menyimpang,” tambahnya.

Di tempat yang sama, Kepala Desa Bulo, Buhari, memberikan apresiasi atas kontribusi Mahasantri Perguruan Ma’had Aly.

Menurutnya, pembinaan ini sangat relevan dengan tantangan zaman.

“Seiring masuknya era digital, anak-anak sebagai generasi penerus bangsa harus dibentengi dengan ilmu agama. Kami berterima kasih karena kehadiran para mahassantri telah membantu meningkatkan pemahaman keagamaan masyarakat kami,” ujarnya.

Buhari berharap kegiatan ini dapat berkelanjutan dan menjadi bagian dari pondasi pembinaan karakter generasi muda di Desa Bulo.

Baca Juga  SDK : Keterlibatan Semua Pihak Kunci Keberhasilan Rehabilitasi Mangrove

“Keimanan dan ketakwaan adalah benteng pertama sebelum teknologi menyentuh pola pikir dan perilaku generasi kita,” tegasnya.

Pembinaan keagamaan berbasis desa melalui gerakan mahasiswa seperti ini menjadi langkah strategis dalam memperkuat moderasi beragama di tingkat akar rumput.

Di tengah derasnya arus informasi digital, masyarakat membutuhkan rujukan pengetahuan agama yang otentik, sistematis, dan mengedepankan nilai keumatan.

Masyarakat mendorong kolaborasi berkelanjutan antara lembaga pendidikan agama dan pemerintah desa sebagai upaya memperkuat ketahanan moral generasi muda. (*Bsb)

Editor: Basribas

Iklan