Sulbarpos.com, Majene — Semangat pelestarian budaya kembali digaungkan di jantung Sulawesi Barat. Selasa, 29 Juli 2025, Lapangan Pukkammi, Desa Tandeallo, Kecamatan Ulumanda, menjadi saksi hidup kebangkitan kearifan lokal lewat perhelatan Festival Ada’ Tuho Ulumanda.
Festival yang dibuka secara resmi oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Majene, H. Ardiansyah, S.STP, mewakili Bupati Majene, bukan sekadar seremoni. Ini adalah ruang bertemu antara sejarah, adat, dan masa depan — tempat generasi tua dan muda saling menyulam nilai-nilai warisan leluhur.
Acara ini merupakan inisiatif Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah 18 Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia, yang membawahi Sulawesi Barat dan Sulawesi Tengah. Hadir dalam pembukaan sejumlah tokoh adat dan budaya, termasuk Tomakaka Ulumanda, Dr. H. M. Idris DP, M.Si, serta Direktur Pengembangan Budaya Digital Kemenbud RI, A. Syamsu Rijal, S.S., M.Hum.
Namun sorotan malam pembukaan tertuju pada Ika Lisrayani, S.S., M.Si, Kepala UPTD Taman Budaya dan Museum Sulawesi Barat. Ia menerima penghargaan Pelestari Ada’ Tuho dari Lembaga Adat Ulumanda—pengakuan atas kiprahnya dalam menghidupkan kembali tradisi ini sejak 2022 dan 2024 melalui dua gelaran serupa sebelumnya.
“Penghargaan ini bukan untuk saya pribadi, tapi untuk semua pihak yang telah berjuang menjaga napas budaya Ulumanda agar tak hilang ditelan zaman,” ujar Ika Lisrayani dengan haru.
Festival ini bukan hanya milik Ulumanda. Atraksi seni dari Kabupaten Mamasa dan Kabupaten Mamuju turut memeriahkan panggung, menjadikan festival ini sebagai simpul kebudayaan lintas daerah di Sulawesi Barat.
Ada’ Tuho, lebih dari sekadar festival. Ia adalah pernyataan: bahwa di tengah arus modernisasi, masyarakat Ulumanda memilih untuk berdiri tegak, memeluk akar budaya, dan menyampaikannya pada generasi berikutnya.
Pihak penyelenggara berharap agar Ada’ Tuho Ulumanda dapat ditetapkan sebagai event tahunan, sebagai wadah pelestarian nilai-nilai adat dan penguatan identitas lokal di tengah derasnya perubahan zaman. (Ln)