Sulbarpos, Yogyakarta — Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir mendorong kader-kadernya untuk berperan kebangsaan, termasuk terjun mengisi posisi-posisi strategis, Sabtu (7/10/2023).
Dalam pandangan Haedar, keberhasilan Muhammadiyah menempatkan kadernya untuk berperan kebangsaan di masa lalu karena kader-kader Muhammadiyah saat itu berpendidikan tinggi dan sadar akan pentingnya pendidikan.
Karena kesadaran pendidikan saat ini telah meluas, maka kader Muhammadiyah diminta untuk ber-fastabiqul khairat dengan yang lain. Serta memandang dunia masa depan dengan pola pandang proaktif dan positif terhadap kehidupan.
“Bukan negatif, konfrontatif terhadap kehidupan,” tutur Haedar Nashir dilansir dari muhammadiyah.or.id , Sabtu (7/10/2023).
Berbekal sikap meritokrasi yang dimiliki, diharapkan keterlibatan kader Muhammadiyah dalam peran kebangsaan termasuk untuk mengurusi negara bisa menciptakan good governance pada pemerintahan di Republik Indonesia.
“Karena itu janganlah punya pandangan yang jadi komisaris, jadi tentara, jadi ini dan itu dianggap negatif. Jika kita sebagai orang tua memiliki pandangan seperti itu, bukan hanya membunuh masa depan generasi, tetapi juga membunuh masa depan Muhammadiyah,” ungkap Haedar.
Haedar percaya bahwa sumber daya manusia, termasuk kader Muhammadiyah itu yang akan menjadi aktor perubahan. Oleh karena itu, termasuk mahasiswa-mahasiswa Muhammadiyah harus dituntun arahnya supaya menjadi aktor perubahan.
“Karena mereka akan menjadi bagian dari gerakan Muhammadiyah untuk memberi kemaslahatan umat dan bangsa, dan di sinilah letak strategis lembaga pendidikan Muhammadiyah,” imbuhnya.
Pada kesempatan ini Guru Besar Sosiologi ini juga menyinggung jumlah utang Indonesia yang diperkirakan mencapai Rp. 8000 triliun. Ke depan, diharapkan Indonesia bisa melakukan pembangunan secara Berdikari.
“Tapi Berdikari itu bukan tanpa kolaborasi, dan bukan tanpa kerja sama. Melainkan ada modal yang dimiliki, dan Muhammadiyah memiliki itu,” kata dia.
Kembali berpesan kepada kader-kader yang berperan kebangsaan supaya tidak berharap lebih kepada dunia, meskipun tanpa diminta itu pasti didapatkan. Akan tetapi yang paling utama adalah keikhlasan membantu sesama, memajukan bangsa.
(Sulbarpos/Red)