Shared Berita

Sulbarpos.com, Jakarta — Hadir dalam World Peace Forum ke-9 Menteri Agama Nasaruddin Umar tekankan pentingnya mengedepankan konsep Perdamaian Suci serta membangun kolaborasi global antara nilai-nilai Wasatiyyah Islam (Islam moderat) dan kebijaksanaan Tionghoa dalam memperkuat perdamaian dunia.

“Sangat penting bagi kita hari ini untuk berbicara mengenai Wasatiyyah Islam dan nilai-nilai Tionghoa dalam konteks kolaborasi global. Islam Wasatiyyah adalah konsep yang diambil dari Al-Qur’an, dan memiliki makna yang sangat mendalam,” ujar Menag.

Beliau juga menjelaskan bahwa istilah Wasatiyyah Islam berasal dari akar kata dalam struktur gramatika Arab (rubai), yang mencerminkan keseimbangan dan moderasi di antara berbagai dimensi kehidupan manusia.

“Al-Qur’an menyebut Inna al-dina ‘inda Allah al-Islam. Menariknya, bentuk kata yang digunakan menunjukkan bahwa Islam adalah penerbitan nilai ideal, bukan sekadar penyerahan formal. Bagi saya, Islam Wasatiyyah adalah dinul Islam, agama keseimbangan dan keadilan,” jelasnya.

Dalam World Peace Forum ke-9 yang dihadiri oleh para pemimpin agama, akademisi, dan tokoh perdamaian dari berbagai negara, Menag turut menyoroti hubungan historis dan kultural antara Islam dan peradaban Tionghoa.

“Hubungan antara Islam dan Tiongkok telah terjalin sejak berabad-abad lalu. Kedua peradaban besar ini memiliki semangat yang sama dalam membangun keharmonisan, keseimbangan, dan kedamaian. Nilai-nilai ini penting untuk menjadi dasar kolaborasi global masa depan,” ucap Menag.

Menag menegaskan bahwa posisi Tiongkok sangat strategis dalam peta spiritualitas dunia. Semua agama besar lahir dari kawasan timur — seperti Hindu, Taoisme, Islam, Nasrani, dan Yahudi — sehingga dialog lintas agama dari timur menjadi sangat penting untuk menjawab tantangan global saat ini.

Menag juga menekankan pentingnya mengedepankan konsep “perdamaian suci” (holy peace) daripada holy war.

Baca Juga  Pengembangan Kerja Sama Multi Stakeholder Guna Dukung Upaya Pengelolaan Mangrove

“Tidak ada perang suci, yang ada hanyalah perdamaian suci. Konsep ini penting untuk terus kita suarakan agar generasi muda di masa depan tumbuh dengan semangat kasih dan kemanusiaan,” pungkasnya.

 

(Sulbarpos/Gbr)

Iklan