Sulbarpos.com, Majene — Menurut data UNHCR per 10 Desember 2023, jumlah pengungsi Rohingya di Aceh telah mencapai 1.683 jiwa. Kedatangan pengungsi Rohingya terbagi ke dalam beberapa gelombang. Mereka tiba di perairan Aceh menggunakan kapal kayu, Senin (1/1/2024).
Direktur CIReS (Center for International Relations Issues and Regional Studies) Unsulbar, Muhamad Nasir Badu menjabarkan beberapa modus yang ditempuh pengungsi untuk masuk ke Indonesia.
Modus pertama, para pengungsi datang dengan jalur resmi lengkap dengan paspor dan dokumen pengenal lainnya. Tetapi begitu tiba di Indonesia, mereka menghilangkan dokumen-dokumen itu dengan berbagai cara, sehingga kedatangan mereka diterima sebagai pencari suaka.
Modus kedua, mereka masuk melalui jalan-jalan tikus yang tidak terdeteksi oleh badan-badan pengawas, baik melalui laut ataupun darat. Dalam kasus Rohingya kata Nasir, ada yang punya dokumen resmi ada yang tidak. Pemerintah Indonesia ia sebut memang kurang pengawasan dan saling lempar tanggung jawab.
“Oh ini bukan tanggung jawab imigrasi, oh ini tanggung jawabnya pemerintah daerah, oh ini tanggung jawabnya polisi air, oh ini tanggung jawabnya syahbandar. Biasanya kan begitu mereka. Kalau ada yang mau bertanggungjawab, itu konsekuensinya anggaran yang harus menangani itu,” ujar Nasir Badu via WhatsApp, Jumat (29/12).
Situasi tersebut berbanding terbalik dengan Australia. Menurut Nasir Australia menyiapkan task force (satuan tugas) khusus untuk menangani pengungsi.
“Beda dengan Australia. Australia itu memang patroli lautnya sangat siap siaga di lautan karena dia tahu persis bahwa banyak orang mau datang ke Australia sebagai pengungsi untuk menjadi warga negara,” tandasnya.
Nasir juga meragukan persiapan dana yang dimiliki Indonesia untuk mengakomodir task force, sebab hal itu membutuhkan dana yang besar.
(Sulbarpos/Fdm)