Shared Berita

Oleh : Hendra Wahid

Sulbarpos.com, Opini — Pendidikan Islam modern merupakan fokus perhatian masyarakat yang semakin menyadari kompleksitas tantangan yang dihadapi oleh generasi saat ini.

Dalam upaya untuk menyelaraskan ajaran agama dengan realitas zaman, berbagai opini masyarakat muncul seiring dengan pemahaman akan masalah-masalah esensial dalam pendidikan Islam modern.

Dari ketidakrelevanan kurikulum hingga keterbatasan pemanfaatan teknologi, setiap opini dan solusi yang diusulkan mencerminkan aspirasi masyarakat untuk mencapai pendidikan Islam yang relevan, inklusif, dan mampu mencetak generasi yang siap menghadapi tantangan zaman.

Mari telaah lebih lanjut mengenai pandangan masyarakat dan solusi esensial yang dapat membawa perubahan positif dalam pendidikan Islam modern.

Pendidikan Islam modern adalah refleksi dari upaya bersama masyarakat untuk menyelaraskan ajaran agama dengan dinamika zaman. Sebagai bagian integral dari kehidupan sehari-hari, pendidikan Islam modern dihadapkan pada sejumlah masalah yang perlu diatasi agar dapat memberikan kontribusi yang optimal dalam membentuk generasi yang berkualitas.

Dalam konteks ini, berbagai opini masyarakat muncul untuk merespon tantangan ini dan merancang solusi yang sesuai. Dari kurikulum yang tidak relevan hingga kesiapan siswa menghadapi dunia kerja modern
Sebagian masyarakat berpendapat bahwa kurikulum pendidikan Islam modern seringkali kurang relevan dengan tuntutan dan perkembangan masyarakat modern atau lebih jelasnya bahwa pendidikan islam modern seringkali tidak mampu menangkap relevansi ajaran agama dengan konteks kehidupan sehari-hari.

Kurangnya pembaruan dan integrasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat pembelajaran cenderung kaku dan kurang menarik yang mengakibatkan ketidaksesuaian antara pendidikan dan kebutuhan dunia nyata.

seperti kurangnya memberikan penekanan pada pengembangan keterampilan praktis yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Mereka berpendapat bahwa siswa seringkali lulus dengan pemahaman teoritis yang baik, tetapi kurang siap menghadapi tantangan dunia kerja yang dinamis.

Baca Juga  Profil Ahmad Syamsuddin, Ketua Baru HMI Komisariat STAIN Majene

Untuk mengatasi ketidaksesuaian kurikulum, diperlukan upaya sistematis. Pemerintah, lembaga pendidikan, dan pelaku industri perlu bekerja sama dalam merancang kurikulum yang lebih dinamis dan responsif terhadap perubahan zaman.

Peninjauan periodik dan konsultasi dengan pemangku kepentingan, termasuk industri dan masyarakat umum, dapat membantu memastikan bahwa kurikulum selalu relevan. Integrasi keterampilan abad ke-21, seperti keterampilan komunikasi, kreativitas, dan keterampilan berpikir kritis, juga harus menjadi bagian integral dari kurikulum.

Seperti pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada praktik. Proyek pembelajaran praktis, magang industri, dan keterlibatan langsung dengan dunia kerja.

Selanjutnya pendidikan islam belum maksimal dalam memanfaatkan potensi teknologi untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran. Ketidakmampuan mengintegrasikan teknologi dapat menghambat daya tarik pembelajaran dan mengurangi efektivitas pendidikan.

Bahkan banyak sekolah, terutama di wilayah pedesaan atau dengan sumber daya terbatas, belum sepenuhnya mengintegrasikan teknologi ke dalam metode pengajaran.
Terlihat kekhawatiran terkait kesenjangan akses teknologi antara siswa yang berasal dari latar belakang ekonomi yang berbeda.

Mereka mencatat bahwa siswa dari keluarga dengan keterbatasan ekonomi mungkin tidak memiliki akses perangkat atau koneksi internet yang stabil, sehingga menghambat partisipasi mereka dalam pembelajaran berbasis teknologi.
Untuk mengatasi terbatasnya pemanfaatan teknologi, diperlukan upaya bersama dari pihak sekolah, pemerintah, dan komunitas.

Sekolah dapat meningkatkan infrastruktur teknologi, menyediakan pelatihan bagi guru, dan merancang kurikulum yang lebih berorientasi teknologi. Pemerintah perlu berinvestasi dalam akses internet yang merata di seluruh wilayah, sementara komunitas dapat mendukung dengan memberikan donasi perangkat dan memberikan pelatihan kepada siswa dan guru dalam pemanfaatan teknologi
Di sisi lain pada masalah ekonomi kita melibatkan pemberian dukungan khusus bagi siswa dengan keterbatasan ekonomi.

Program bantuan perangkat, penyediaan akses internet murah atau gratis, dan pemberian beasiswa teknologi dapat membantu mengurangi kesenjangan akses. Pihak sekolah dan pemerintah dapat berkolaborasi dengan pihak swasta dan organisasi non-pemerintah untuk menciptakan solusi yang inklusif.

Baca Juga  Akses Jalan menuju Tiga Desa di Kecamatan Tutar Sangat Memprihatinkan

Selain daripada itu kurangnya penekanan pada pembentukan karakter moral dan etika dalam sistem pendidikan modern. Mereka menilai bahwa, dalam mengejar kemajuan akademis yang berorientasi pada ujian dan pencapaian, seringkali nilai-nilai moral dan etika terabaikan. Kurangnya fokus pada pembentukan karakter dapat menghasilkan generasi yang lebih cenderung terfokus pada keberhasilan materi dan kurang memahami pentingnya integritas, tanggung jawab, dan etika dalam kehidupan sehari-hari.

Sehingga perlu ada perubahan paradigma dalam pendekatan pendidikan. Sekolah dan lembaga pendidikan perlu memasukkan pendidikan karakter sebagai bagian integral dari kurikulum. Program-program yang mendukung pengembangan sikap-sikap moral dan etika, seperti kejujuran, rasa hormat, dan tanggung jawab, perlu diperkuat.

Selain itu, melibatkan orang tua dan masyarakat dalam pembentukan karakter dapat menjadi langkah strategis, membentuk suatu ekosistem yang konsisten dalam memberikan nilai-nilai moral.

Kemudian adanya keterbatasan buku, sarana, dan prasarana pendidikan. Mereka mencatat bahwa banyak sekolah, terutama di daerah pedesaan atau dengan kondisi ekonomi rendah, menghadapi tantangan dalam menyediakan buku pelajaran, fasilitas belajar yang memadai, dan infrastruktur pendukung pembelajaran.

Keterbatasan ini dapat menghambat akses siswa terhadap pendidikan yang berkualitas dan menciptakan ketidaksetaraan dalam peluang pembelajaran.

Hal demikian tidak hanya terkait dengan kurangnya buku teks atau sarana fisik, tetapi juga mencakup kurangnya akses terhadap teknologi dan sumber daya digital.

Mereka mencatat bahwa di era digital ini, keterbatasan akses terhadap internet dan perangkat komputer dapat membuat siswa kehilangan peluang untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih luas. Dengan demikian perlu adanya investasi lebih lanjut dalam sektor pendidikan.

Pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan pihak swasta dapat bersinergi untuk meningkatkan akses dan kualitas pendidikan. Inisiatif seperti program bantuan buku, pembangunan fasilitas belajar, dan penyediaan teknologi pembelajaran perlu didorong.

Baca Juga  Rasionalitas Mengapa Palestina Harus Dibela

Program beasiswa dan bantuan finansial juga dapat membantu mengatasi keterbatasan ekonomi yang mungkin dihadapi oleh siswa dan sekolah.
Keterbatasan buku, sarana, dan prasarana pendidikan adalah hambatan nyata bagi akses dan kualitas pendidikan.

Dengan berfokus pada solusi praktis dan mendukung, masyarakat dapat berkontribusi dalam menciptakan lingkungan pembelajaran yang lebih merata dan inklusif bagi semua siswa.

Pendidikan Islam modern perlu memperhatikan tantangan-tantangan ini untuk memberikan pendidikan yang holistik, relevan, dan inklusif. Melalui kolaborasi antara pemerintah, lembaga pendidikan, masyarakat, dan orang tua, dapat dihasilkan solusi yang bermanfaat dan berkelanjutan untuk memajukan kualitas pendidikan Islam di era modern. Melalui diskusi dan implementasi solusi yang bersifat kolaboratif, masyarakat dapat bersama-sama mengatasi tantangan pendidikan Islam modern.

Opini dan solusi ini mencerminkan upaya untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang dinamis, relevan, dan inklusif, sehingga dapat menghasilkan generasi yang terampil dan memiliki pemahaman mendalam terhadap ajaran agama dalam konteks modern.

 

Penulis adalah Ketua Cabang HMI Majene

Iklan