Shared Berita

Sulbarpos.com, Mamuju — Setelah enam hari penuh adu ketangguhan di laut, ajang budaya maritim terbesar di Sulawesi Barat, Sandeq Silumba 2025, resmi ditutup dengan pesta meriah di Ballroom Hotel Maleo, Mamuju, Selasa (26/8/2025) malam.

Suasana penutupan berlangsung hangat. Para Passandeq julukan untuk para pelaut Sandeq dijamu dengan makan malam, diiringi penyerahan trofi, medali, dan hadiah. Hadir langsung Wakil Menteri Pariwisata Ni Luh Puspa, Gubernur Sulawesi Barat Suhardi Duka, Bupati Mamuju St. Sutinah Suhardi, hingga sejumlah sponsor utama.

Ketua Dewan Pengarah Sandeq Silumba, Syamsul Samad, menyebut malam puncak ini benar-benar menjadi “happy ending” bagi semua peserta.

“Alhamdulillah, malam hari ini sesuai yang kami janjikan, kami hadirkan pelayanan terbaik untuk para Passandeq,” ujarnya.

Total hadiah yang diperebutkan tahun ini menembus Rp600 juta. Uniknya, seluruh peserta dari juara pertama hingga peringkat terakhir mendapat bagian. Juara pertama menerima Rp27 juta, sedangkan hadiah hiburan terendah tetap bernilai Rp10 juta.

“Sebelumnya, hak-hak Passandeq juga sudah kami serahkan, minimal Rp25 juta per peserta. Jadi semua bisa pulang dengan hati tenang,” tegas Syamsul.

Ia menargetkan tahun depan hadiah untuk juara pertama bisa naik signifikan, bahkan hingga Rp100 juta.

Dari Polman ke Mamuju: 200 Kilometer Penuh Perjuangan

Perlombaan Sandeq Silumba 2025 menempuh rute berat sejauh 200 kilometer dari Pantai Bahari Polewali Mandar hingga Pantai Manakarra Mamuju. Perjuangan para pelaut Mandar sempat diuji, termasuk insiden perahu terbalik di sekitar Pulau Karampuang. Namun semua peserta berhasil bangkit dan menuntaskan perjalanan.

Baca Juga  243 Bintara Siap Dibentuk, Kapolda Sulbar Buka Pendidikan Bintara Polri dengan Ritual Khusus di SPN Mekkatta

“Itulah simbol masyarakat Sulbar berani, tangguh, jujur, seimbang, dan kompak,” kata Syamsul.

Menurut Syamsul, keberhasilan penyelenggaraan tahun ini menjadi batu loncatan untuk membawa Sandeq Silumba ke pentas nasional, bahkan internasional.

“Ini tentang memperkenalkan jati diri orang Mandar dan Sulbar ke dunia. Simbolnya ada pada Sandeq,” jelasnya.

Malam penutupan pun menjadi klimaks. Dengan hadiah yang tuntas, apresiasi yang jelas, dan janji perbaikan di masa depan, seluruh Passandeq meninggalkan Mamuju dengan kepala tegak.

“Passandeq pulang dengan kepala merdeka, hati tenang. Tidak ada lagi yang tertinggal. Inilah happy ending,” tutup Syamsul. (Rls)

Iklan