Shared Berita

Oleh : Tiyan Prakoso

Sulbarpos.com — Syarat untuk berjuang dalam Konstelasi Politik Indonesia hari ini adalah punya banyak uang dan popularitas yang memadai. Kita sudah jarang menyaksikan orang-orang yang berjuang dalam konstelasi politik atas dasar kompetensi mereka.

Coba lihat, berapa banyak dari mereka yang mempunyai latar belakang keilmuan politik yang terjun untuk berjuang demi bangsa ini? Berapa banyak orang berkualitas yang dengan hati nurani berjuang untuk mendapatkan kursi demi rakyat? Jangankan background politik, ilmu politik dasar saja syukur kalau calon-calon legislatif ini menguasai hal tersebut.

Partai-partai yang mengusung sosok juga tidak terlepas dari mengandalkan popularitas semata untuk menggaet kelompok-kelompok tertentu, sudah jauh dari mutu dan kredibilitas. Hasil dari pada proses kaderisasi partai tak nampak.

Ulama dijadikan alat monopoli politik untuk menggaet suara demi kelompok tertentu. Kita juga sulit untuk membedakan apa yang menjadi ideologi partai hari ini. Partai merah, kuning, hijau, biru dan kelabu selalu berkampanye dengan menggaungkan perubahan dan perbaikan.

“Keinginan rakyat adalah Proritas kami” tapi pada faktanya pada saat DPR bersama Pemerintah melakukan rapat, secara blak-blakan Bambang Pacul menyebutkan bahwa keinginan ketua partai adalah prioritas (silahkan cek, ada banyak beredar di media sosial termasuk Ig Mata Najwa).

Sebagai anak bangsa yang ingin negaranya tumbuh sebagai negara yang berdaulat, penting sumber daya manusia yang berpartisipasi dalam politik maupun bidang tertentu telaten, kredibel dan kompatibel dalam bidangnya. “Jika suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya”
(HR Bukhari)

Baca Juga  Potensi Sengketa dalam Pilkada di Indonesia: Mengapa Perlu Penanganan Serius?

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan