Shared Berita

Sulbarpos.com , Jakarta — Langkah pemerintah mendirikan rumah susun (rusun) untuk masyarakat marjinal di Jakarta disambut baik banyak pihak. Terlebih, mayoritas penghuni rusun merupakan warga DKI Jakarta, Jumat (14/4/2023).

Menteri Sosial Tri Rismaharini menyebutkan, sebanyak lebih dari 77% penghuni rusun ber- KTP warga DKI. Penelusuran redaksi menunjukkan, mereka ada yang tinggal 35 tahun, 38 tahun, 40 tahun dan bahkan sejak lahir sudah wargaa DKI Jakarta.

“Jumlah penghuni saat ini terdapat 78 KK yang merupakan pemerlu pelayanan kesejahteraan sosial (PPKS). Kebanyakan dari mereka tinggal menumpang, mengontrak hingga menggelandang di jalanan”, ujar Mensos.

Hasil asesmen para penghuni, yang didapat berisi informasi komprehensif mengenai kondisi sebelum dibawa ke rusun, lama tinggal di Jakarta, status kependudukan, biaya hidup, hingga pendapatan.

Dari data tersebut, sebanyak 60 orang memiliki KTP DKI Jakarta, 17 orang memiliki KTP Non-DKI Jakarta, dan satu orang belum memiliki KTP.

Mensos Risma mengatakan program pemberdayaan PPKS di rusun Sentra Mulya Jaya Jakarta tidak sekedar memberikan pelatihan, namun berupaya memperbaiki kehidupan mereka.

“Kita latih supaya kehidupan mereka lebih baik, tidak membebani. Kita berharap tidak membebani siapapun, bahkan dirinya sendiri,” kata Mensos.

Beberapa item bantuan telah digelontorkan untuk penghuni rusun seperti lokasi kios berjualan makanan, motor roda tiga, lokasi usaha laundry, dan lain sebagainya.

Kegiatan para PPKS tersebut mendapat pengawasan dari pihak Kemensos yang terus melakukan monitoring usaha-usaha mereka. Dengan adanya rusun tersebut, kegiatan pemberdayaan jadi mudah pengawasannya.

Menurut Mensos Risma, hal tersebut lebih mudah dibandingkan memantau penerima manfaat yang tergabung dalam program PENA (Pahlawan Ekonomi Nusantara).

Baca Juga  Aksi Keselamatan Berkendara, Polwan Cantik Polda Sulbar Ajak Tukang Becak Jadi Pelopor Keselamatan

Dalam program PENA, Kemensos mengawasi perkembangan usaha penerima manfaat dari seluruh Indonesia, serta dilakukan monitoring rutin. Selain itu, Kemensos juga meluncurkan PENA TV sebagai wadah konsultasi penerima manfaat.

Mensos menegaskan, penghuni rusun tidak akan dapat membawa koleganya ke Jakarta, karena terdapat pengawasan ketat oleh pengurus rusun agar program pemberdayaan berjalan maksimal.

“Itu kan dipantau disitu, kalau ada yang tinggal (baru) disitu kita keluarkan keluarga asal maupun keluarga barunya,” jelas dia.

Mensos menekankan kontrol ketat pada Keluarga Penerima Manfaat (KPM) yang tinggal di Rumah Susun Kementerian Sosial (Kemensos) Sentra Mulya Jaya, Jakarta.

“Jadi tetap harus ada kontrol, tetap harus ada,” tegas Mensos Risma ditemui dalam kunjungan kerjanya di Jakarta, Rabu (12/4/2023).

Tanggapan Mensos Risma terkait dengan kekhawatiran Penanggung jawab (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono terhadap rusun yang terletak di Kompleks RPTC Bambu Apus, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur, yang bisa jadi magnet para Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) dari luar daerah masuk ke Jakarta, dan untuk dibuatkan KTP menjadi warga DKI.

Mensos Risma menjelaskan dari total penghuni rusun Sentra Mulya Jaya sebanyak 78 KPM, 77 persen di antaranya memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) Jakarta.

Potensi tersebut pernah ditemui Mensos Risma saat menjadi Wali Kota Surabaya. Sebelumnya dia pernah menemukan warga Pulau Madura yang tinggal dan menetap di Jakarta selama puluhan tahun, namun masih dalam situasi pra-sejahtera.

“Nah teori perkotaannya gini, kalau pengangguran tinggi, kemiskinan tinggi, maka itu rawan untuk keamanan, kejahatan. Nah itu mudah sekali diprovokasi jika terjadi sesuatu,” kata dia.

Namun pada saat itu dia tidak bisa melakukan intervensi langsung, sehingga ia menyarankan warga tersebut pindah ke Surabaya agar bisa dilakukan program pemberdayaan.

(Sulbarpos/Indah)

Baca Juga  Program PENA Kemensos Tawarkan Dukungan Penguatan Usaha Bagi IRT Penerima PKH

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan