Sulbarpos.com, Majene — Komite Aktivis Mahasiswa Rakyat Indonesia (KAMRI) angkat bicara persoalan banyaknya pelatihan yang menurutnya tidak terlalu urgent. Pada saat Diwawancarai disekitaran kampus STAIN Majene lingkungan Passarang kec.Banggae, Jumat (11/8/2023).
Aktivis KAMRI, Budiman menyampaikan bahwa arah kebijakan seharusnya condong kepada kebijakan yang berskala prioritas yang betul-betul memiliki kebermanfaatan ke masyarakat banyak.
“Ini seharusnya melalui kajian yang matang dan melihat kondisi sosial bukan malah melihat kondisi kepentingan yang malah merugikan masyarakat banyak”, ujarnya.
Selain itu, ia menganggap bahwa pemerintah daerah hari ini menutup mata dan menafikan Majene sebagai kota pendidikan.
“Coba bayangkan pak di masyarakat Tubo Sendana puluhan siswa harus menikmati berjalan kaki untuk sampai ke sekolahnya”, jelasnya.
Akibat tidak beroperasinya BUS sekolah yang saat ini terpajang jelas di kantor kecamatan Tubo Sendana.
“Kami curiga bahwa pemerintah kabupaten Majene ingin merubah orientasi Majene sebagai kota pendidikan”, ucapnya.
Dengan melihat tidak adanya upaya yang dilakukan mereka malah sibuk sana sini melakukan kegiatan yang tidak terlalu urgent.
“Coba pemerintah melalui Dinas pendidikan usulkan kegiatan cara mengoperasikan BUS sekolah dengan baik bukan malah cara mencari cuang melalui aplikasi tiktok”, tuturnya.
Menurutnya, hal tersebut sangat miris, karena Majene sebagai kota pendidikan tapi malah berubah orientasi.
“Adapun persoalan yang terkait adanya dugaan permainan dalam pelatihan ini kami dari KAMRI memberikan peringatan ke pihak yang terkait agar secepatnya turun melakukan pemeriksaan. Kami dalam waktu dekat akan turun mengawal dugaan permainan yang dilakukan”, sambungnya.
Sementara itu, dari wartawan Sulbarpos mencoba mengkonfirmasi ke Dinas terkait untuk meminta penjelasan tetapi kepala dinas sedang diluar kota dan sementara berkegiatan.
(Sulbarpos/Syam)
