Shared Berita

Oleh : Nurdin

 

Sulbarpos.com — Pemilu dianggap sebagai Pesta Rakyat, beberapa orang pasti senang mendengarnya dikarenakan mereka berharap yang terbaik untuk bangsa, banyak orang-orang yang turun ke jalan dan berbondong-bondong menuju lokasi perjamuan. Dengan berharap mereka juga dapat menikmati makanan dan minuman yang tersedia di sana sembari berdansa.

Namun asah pupus sudah, yang disuguhkan hanyalah kertas bergambar wajah-wajah dengan senyum rekayasa. Di jauh hari sebelum pesta dimulai rakyat dicekoki bergelas-gelas janji, dan mereka yang mabuk Harapan datang untuk memadati lokasi pemilihan. Namun sebenarnya pemilihan umum bukanlah pesta kerakyatan pemilihan umum adalah prosesi penyerahan kursi kekuasaan. Rakyat tidak pernah berpesta, pra, saat dan pasca pemilihan.

Pesta sesungguhnya digelar pasca pemilihan umum. Dan pesta besar itu hanya milik orang-orang khusus yang dipilih secara umum. Usai pemilu, rakyat harus kembali ke rumah, kembali bermain tanah, sembari bekerja sukarela sebagai pengawas pejabat yang baru saja mereka angkat namun sementara itu para pejabat melanggar masuk istana, menikmati semua fasilitas mewah negara dan mereka merasa bahwa dirinya adalah raja dan melupakan Siapa yang diberi mandat.

Bila rakyat lengah sedikit saja triliunan rupiah bisa dicairkan panitia pesta yang bekerja paling lelah dan berat hanya mendapat bayaran paling rendah itu pun tersendat.

Pemilu, konstitusi berebut pisau pemotong kue dari tangan mayoritas rakyat usai pisau diserahkan pada pemenang rakyat dipersilahkan untuk pulang dan pesta pun dikuasai dan dimulai kue jabatan dibagi-bagi.

Sekali lagi saya katakan bahwa sebenarnya rakyat tidak diajak berpesta. Pesta ini dibuat untuk kalangan pejabat elit. rakyat baru bisa berpesta jika ada sisa-sisa kue, yang yang dibuang keluar dari dalam gedung mewah tempat para penguasa berpesta. Saya ingat bahwa seorang Profesor pernah berkata Pemilu Sebenarnya bukan ajang memilih yang terbaik.

Baca Juga  REFORMASI PENDIDIKAN PASCA COVID-19

Namun pemilu adalah upaya untuk mencegah yang terburuk menjadi penguasa. Tetapi tidak bagiku itu hanyalah bullshit semata, sebab pada akhirnya yang terburuk juga dapat jatah kue kuasa. Agar tidak ada oposisi, semut perut diisi. Semuanya menjadi koalisi dan matilah demokrasi.

Saya ingat bahwa seorang Profesor pernah berkata Pemilu Sebenarnya bukan ajang memilih yang terbaik Namun pemilu adalah upaya untuk mencegah yang terburuk menjadi penguasa.

Tetapi tidak bagiku itu hanyalah bullshit Semata sebab pada akhirnya yang terburuk juga dapat jatah kue kuasa. Agar tidak ada oposisi, semut perut diisi. Semuanya menjadi koalisi dan matilah demokrasi. Pemilu Pesta Rakyat tapi bukan yang nikmat-nikmat, Pemilu pesta pilu karena rakyat dikibuli karena lugu-lugu.

 

 

Penulis adalah mahasiswa program studi Ilmu Hukum Universitas Sulawesi Barat

Iklan



Open chat
Hello 👋
ada yang bisa kami bantu ??