Shared Berita

Oleh : Muh Tasrief

Sulbarpos.com — Tahun 2024 menjadi tahun yang dimana Indonesia kembali menyelenggarakan pesta akbar demokrasi yang penentu arah bangsa dalam 5 tahun kedepan.

Tentunya hasil pilihan rakyat nantinya dapat menahkodai Indonesia menuju arah yang lebih baik, dan selain itu juga, yang menjadi harapan kita bersama selama proses dan berjalannya kampanye menuju Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 serta pelaksanaannya dapat terhindar dari hal-hal yang merenggangkan persaudaraan antar masyarakat yang tak jarang kita temui dalam pelaksanaan pesta demokrasi, baik itu pada tingkat daerah maupun Pemilu.

Hal-hal tersebut terjadi karena terkikisnya nilai-nilai toleransi di tengah-tengah masyarakat sebagai konsekuen dari pergerakan politik sensitif yang mengatasnamakan isu suatu entitas yakni suku, ras, dan agama khususnya menjelang Pemilu seperti yang saat ini kita hadapi.

Terkait dengan isu politik dan toleransi ini, khususnya pada aspek toleransi, sebenarnya pemerintah telah melakukan langkah mitigasi dalam menjaga kerukunan antar masyarakat. Namun program-program yang telah digaungkan secara umum belum mampu membendung ancaman-ancaman yang dapat merusak toleransi di masyarakat, terlebih lagi menjelang Pilpres dan Pemilu, terjadi polarisasi di tengah-tengah masyarakat yang dapat membuat potensi ancaman yang merusak toleransi tersebut, cenderung akan semakin besar.

Hal tersebut kita dapat saksikan pada postingan dan komentar pada platform-platform media sosial yang dimana para pengguna ini sering menyentil hingga menghina entitas lain dengan mudahnya, apalagi menjelang pesta demokrasi kali ini yang diprediksi akan membawa isu-isu agama yang merupakan isu serupa yang membuat pemilu dan pilkada sebelumnya sempat mengancam eksistensi toleransi di bumi pertiwi.

Oleh karena itu, problem ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah semata, dalam menjaga kerukunan dan toleransi, juga dibutuhkan kontribusi masyarakat terlebih lagi Gen Z dan milenial yang akan menjadi pemilih mayoritas pada pemilu mendatang.
Selain menjadi pemilih mayoritas, Gen Z dan milenial juga dianggap yang paling melek teknologi dan internet termasuk media sosial.

Baca Juga  Marketplace Guru, Solusi atau Masalah?

Maka tidak ada salahnya kita mengatakan bahwa pemuda yang merupakan Gen Z dan milenial merupakan agen untuk menjaga toleransi khususnya pada media sosial yang apalagi saat ini menjadi wadah politisi dalam melakukan kampanye dan juga sebagai media informasi utama ( termasuk informasi yang berkaitan dengan Pemilu ) bagi masyarakat.

Idealnya Kita pemuda indonesia yang melek media sosial mampu memberikan edukasi dan literasi digital, seperti bagaimana berhati-hati memilih media atau post sebagai rujukan, memandu dalam memfilter informasi, serta memberikan edukasi terkait mem-posting dan berkomentar di dunia secara bijak.

Kenyataan yang kita hadapi diluar sana, masih ada oknum yang “paham” dalam menyampaikan pendapat khususnya di media sosial tetapi melakukan hal yang sebaliknya dan dapat mengancam toleransi menjelang pesta demokrasi.

Namun walaupun hal tersebut tak terhindarkan, tentunya kita masih sangat bisa mengupayakan nilai-nilai toleransi tetap terjaga melalui pemuda indonesia sebagai agen toleransi menjelang pilpres yang bersama kita harapkan senantiasa mampu mengedukasi masayarakat serta mentransformasi iklim Pemilu 2024 di media sosial menjadi lebih sehat.

Tentunya akan melahirkan Pemilu yang tak hanya menghasilkan pemimpin-pemimpin bangsa yang terbaik namun juga terlaksananya pesta demokrasi yang aman dan tentram dengan menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi.

Penulis adalah Mahasiswa STAIN Majene

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan

Open chat
Hello 👋
ada yang bisa kami bantu ??