Shared Berita

Sulbarpos.com , Simalungun — Tersangka kasus pencurian buah kelapa sawit mengucapkan terimakasih kepada Polres Simalungun dan Polsek Tanah Jawa karena kasusnya mendapat Restorative Justice (RJ) atau penyelesaian masalah tanpa pengadilan. Program RJ ini adalah program dari Polri yang sukses dilaksanakan oleh Polres Simalungun dan Polsek Tanah Jawa, Rabu (6/9/2023).

Hal ini dikatakan Boby Dermawan (31), seorang tersangka yang mendapat RJ, saat ditemui di Mako Polsek Tanah Jawa. Dijelaskannya, bahwa ia melakukan tindakan kriminal tersebut karena memang untuk kebutuhan rumah dan kondisi keuangan yang betul betul lagi susah.

“Jadi kami ucapkan kepada Pak Kapolres Simalungun, Pak Kapolsek Tanah Jawa yang telah memberikan Restorative Justice kepada kami. Jujur ini baru pertama kali kami lakukan karena memang di rumah betul betul lagi membutuhkan. Kami ucapkan terimakasih, ini cukup membantu kami karena kami tidak sampai ke peradilan,” ujarnya, Selasa (5/9/2023) kemarin.

Selain itu, mereka berterimakasih kepada pihak PTPN IV yang sudah mereka rugikan. Ia meminta maaf dan sudah mau memaafkan mereka. Ia juga mengaku kapok dan berjanji tidak akan mengulangi lagi.

“Kemarin itu untuk beli beras di rumah juga di rumah orang tua lagi sakit keras jadi butuh biaya berobat. Kalau yang dicuri, ada sekitar 3 tandan yang diuangkan kurang dari 150 ribu. Ini sanksi cukup ringan. Kapok pasti karena menjalani sanksi sosial ini pun diperhatikan teman teman, masyarakat lain. Cukup membuat kami kapok dan tidak akan mengulanginya lagi,” sambung Boby.

Sementara itu, Kapolres Simalungun, AKBP F.C Sipayung menerangkan, bahwa Polsek Tanah Jawa telah melakukan RJ massal sebanyak 64 laporan polisi (LP) dengan 70 orang tersangka pencurian buah kelapa sawit milik PTPN IV. Namun, sebelum dilakukan RJ, penyidik kepolisian menyeleksi perkara mana saja yang diperbolehkan mendapat RJ.

“Ada persyaratan materil, seperti bukan merupakan pengulangan, tidak menimbulkan keresahan, tidak menimbulkan penolakan dari masyarakat, tidak menimbulkan konflik sosial atau perpecahan di masyarakat. Persyaratan – persyaratan itu yang kemudian menjadi dasar kita untuk mengundang korban (PTPN IV) dengan 70 tersangka. Dalam RJ massal ini, kita melibatkan tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda termasuk instansi pemerintah kabupaten, kecamatan dan desa,” jelas AKBP Ronald.

Baca Juga  Indonesia Darurat Narkoba, Polres Simalungun Berhasil Tangkap Bandar Sabu

Diharapkan, 70 orang tersangka tidak akan mengulangi dan memberikan dampak kepada masyarakat yaitu moral malu dilihat masyarakat, bisa membuat jera kepada masy yang hidup berdampingan dengan PTPN IV. Dirincikan Kapolres, dari 64 perkara bahwa pada tahun 2021 ada 1 kasus, tahun 2022 ada 9 kasus dan tahun 2023 sebanyak 54 kasus.

Ditempat yang sama, Fery Maruli Saragih, Asisten Perkebunan Balimbingan mewakili PTPN IV, mengungkapkan bahwa mereka sebagai BUMN terbuka untuk tersangka yang mendapat RJ, bila ingin bekerja di perkebunan. Namun, itu harus sesuai dengan prosedur dan kemampuan dari masyarakat tersebut.

“Sesuai prosuder dan spesifik dengan bidang yang bisa mereka kerjakan. Contoh yang kita rekrut ke depan yaitu untuk panen di perkebunan kelapa sawit. Harus memenuhi syarat sebelum diangkat diberi pelatihan sampai diikut sertakan diseleksi. Tentu kriterianya ada. BUMN tidak membatasi orang orang yang menjalani proses sanksi sosial kita terbuka. Berkesempatan berkarir di BUMN. Untuk dekat dan humanis kepada masyarakat,” jelasnya.

Di wilayah hukum Polsek Tanah Jawa, terdapat 5 perkebunan PTPN IV rata rata luas masing masing yaitu 4000 hektar. Pencurian pencurian sawit tersebut, diakui tidak sampai terganggu jalannya produksi.

“Tapi kami tetap perlu menjaga aset. Kami laporkan. Tapi tetap terbuka berusaha memediasi seperti contoh RJ. Hukuman kan tidak mesti kurungan, hukuman sosial seperti ini lebih berdampak psikologis lebih baik. Mereka (tersangka), tidak ada cukong atau agen, mereka perseorangan,” tutupnya.

 

(Sulbarpos/Basribas)

Iklan