Mengapa ‘Harga’ Perempuan Bugis – Makassar Mahal?

Sulbarpos.com,OPINI– Seorang sahabat berdarah Jawa bertanya sekaligus ‘memerotes’ saya. Sahabat itu jatuh cinta dan akan menikahi seorang perempuan Bugis. Katanya, biaya menikah terlalu mahal. Pokoknya UANG PANAI (mahar dan uang belanja) sangat memberatkan kaum laki-laki.

Sebagai orang berdarah Bugis-Makassar, saya pun berusaha menjelaskan kepadanya.

“UANG PANAI itu adalah simbol penghormatan kepada perempuan. So, UANG PANAI itu adalah sebuah kehormatan bagi perempuan Bugis-Makassar. Jadi, semakin besar jumlah uang panai, maka keluarga perempuan merasa kehormatan atau gengsi keluarga terjaga,” kata saya.

“Dan yang terpenting,” saya menambahkan, “UANG PANAI mahal untuk melihat sejauh mana kesungguhan dan kesetiaan Anda mencintai seorang perempuan. Jadi, intinya UANG PANAI sengaja dimahalkan untuk menantang Anda bekerja lebih keras lagi.”

“Adakah faktor lain yang membuat perempuan Bugis-Makassar mahal?” tanyanya bersungguh-sungguh.

“Memang menikah dengan perempuan Bugis-Makassar-Mandar mahal. Apalagi kalau perempuan itu sudah berpendidikan. Faktor keturunan juga ikut menentukan, pada umumnya perempuan bangsawan lebih mahal lagi. Dan satu lagi, perempuan itu semakin mahal kalau sudah bertitel haji/hajjah,” jawab saya.

“Lah! Mengapa perempuan yang sudah berhaji minta lagi UANG PANAI banyak? Bukanlah ia sudah berhaji yang kemungkinan besar pengetahuan agamanya sudah banyak. Bukankah dalam agama, dilarang memberatkan laki-laki yang ingin menikah?”

Saya terdiam cukup lama.

Akhirnya, saya menemukan jawaban yang pas, “Kalau Anda menikah dengan perempuan yang sudah berhaji, maka akan ada faedah utama yang Anda dapatkan.”

“Faedah apa?”

“Anda bisa naik haji tanpa pergi ke Mekkah.”

“Maksudnya?”

“Anda bisa naik haji setiap malam.”

Ia berpikir sejenak. Lalu terpingkal-pingkal.

Tabek!

Dul Abdul Rahman. Petani, penulis, dan pengajar. Sejauh ini sudah menulis 20 buku sastra & budaya.